Asal Usul Dusun Mertangga Jetis Nusawungu Cilacap

Pantai Jetis Nusawungu Cilacap
Pantai Jetis Nusawungu Cilacap

Namun, didorong rasa hormat dan patuh terhadap sang kakak, Cokronegoro berangkat lagi ke Kerajaan Mataram dengan membawa sekotak wayang kulit permintaan sang raja.

“Apa? Ia masih tidak mau menghadapku? beraninya ia!” kata sang raja penuh amarah.

Sang raja lalu membuka kotak wayang kulit pesanannya. Setelah dibuka, sang raja terkejut karena ternyata isi kotak wayang tersebut hanyalah bahan pembuat wayang kulit, yakni welulang atau kulit sapi. Sang raja menjadi marah besar karena belia merasa Adipati Suryonegoro melecehkan perintahnya.

“Apa ini? Ini bukan wayang kulit pesananku. Mengapa hanya welulangnya saja. Beraninya kau Suryonegoro. Engkau telah berani melecehkan Raja Mataram! Sekarang juga engkau aku berhentikan sebagai Adipati Ayah” geram sang raja sembari mengayunkan welulang di tiang balairung Kerajaan Mataram.

Hadirin yang ada di tempat itu menghindar ketakutan melihat kemarahan sang raja. Setelah beberapa kali welulang disabetkan ke tiang, seketika itu welulang tersebut menjelma wayang kulit. Melihat keajaiban tersebut seisi Kerajaan terkejut.

“Apa yang terjadi? Mengapa semua berubah? Apa sebenarnya maumu, Suryonegoro?” teriak sang raja.

“Cokronegoro, pulanglah kau dan sampaikan pesanku pada kakakmu, Suryonegoro. Ia sudah aku perintahkan berhenti menjadi Adipati Ayah. Ia harus angkat kaki dari Kadipaten Ayah!”, kata Sang Raja pada Cokronegoro.

“Baik, Paduka!” sembah Cokronegoro sembari meninggalkan Kerajaan Mataram.

Singkat cerita, Suryonegoro pergi meninggalkan Kadipaten Ayah. Ia pergi ke arah barat ke seberang sungai. Ia menyembunyikan diri di daerah tetangga dan ingin menetap di daerah itu. Pada saat itu, daerah tersebut masih berupa hutan belantara di pesisir sungai. Tidak ada penduduk, hanya ada binatang-binatang hutan dan sungai yang menemani Suryonegoro.

Ada monyet, burung, harimau, ikan, dan katak. Mereka semua seakan bersahabat dengan Suryonegoro. Setelah beberapa hari tinggal di hutan Suryonegoro berniat untuk membuka hutan menjadi sebuah tempat tinggal. untuk mengawalinya ia menanam pohon asem sebagai tanda atau lambang dari lingsem, yang artinya ‘malu’.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait