Legenda Waduk Naga Wangsa Desa Kubangkangkung, Kecamatan Kawunganten

ikon waduk kubangkung
ikon waduk kubangkung

Meskipun putra seorang demang, mereka tidak malu membantu ayahnya bercocok tanam dan selalu ramah tamah kepada orang lain.

Menjelang pergantian musim, Ki Demang memanggil dua anaknya.

“Samin dan Samun, sudah saatnya kita membuka ladang agar panen kita nanti menjadi berlimpah. Bapak rasa ladang kita sekarang ini tidak banyak hasil yang bisa didapat.”

“Saya rasa memang seperti itu, Bapak. Tahun ini hasil panen kita sangat sedikit. Bukan begitu, di Samin?”

“Ya, Bapak. Apa yang dikatakan oleh Kang Samun memang benar. Jika kita teruskan bersawah di ladang yang sekarang ini, bisa-bisa kita rugi.”

“Baiklah. Karena kalian sudah setuju, mulai besok berangkatlah kalian ke hutan! Kalian amati wilayah mana yang sekiranya bagus untuk bersawah. Syukur-syukur jika tempat yang kalian temukan
tidak jauh dari mata air.”

“Baiklah Bapak, besok pagi-pagi sekali saya akan berangkat dengan Samin.”

Pagi-pagi buta Samun dan Samin berangkat ke hutan untuk mencari lahan bercocok tanam. Setelah setengah hari mereka berputar-putar menelusuri hutan, sampailah mereka pada tempat yang dirasa sangat bagus dan cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. Tempat itu adalah hutan di daerah Kubangkangkung.

“Di Samin, aku rasa tempat ini adalah tempat terbaik dari tempat-tempat yang lainnya,” kata Samun kepada adiknya.

“Benar sekali Kang. Aku rasa tempat ini cocok untuk ditanami padi gaga.”

Setelah mereka menemukan tempat yang dianggap cocok untuk bercocok tanam maka mulailah mereka membuka hutan tersebut dengan cara membersihkan semak belukar.

Hari demi hari Samun dan Samin bekerja tanpa mengenal lelah, pagi berangkat sore pulang, Bahkan terkadang sampai larut malam mereka baru tiba di rumah. Suatu hari di saat mereka bekerja, tiba-
tiba Samin melihat sebutir telur besar yang berada di semak-semak hutan tersebut.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait