Mengenal Tarian Sufi Maha Karya Rumi

cilacap info featured
cilacap info featured

Ketika sorotan lampu mulai temaram, ketiga tubuh lelaki yang berpakaian putih-putih dan berpeci terubus bak Abu Nawas mulai menari berputar pelan mengikuti irama rampak rebana.

Makin lama, irama rebana dan perkusi yang diselilingi wirid itu makin cepat dan para penari Sufi itu pun semakin cepat berputar. Para penari itu terus berkeliling pada lingkaran kecil halaman itu menyeret langkah menandai ruang sempit yang melingkungi dirinya. Liuk kain yang merumbai memberikan kilau warna bercahaya yang indah ditatap.

Para penari terus saja berputar, yang ada hanyalah lengking tipis dari gitar listrik dan rebana yang ditabuh dengan suara yang kadang mengalun rendah. Suara gumaman dan senandung lirih yang sering terdengar pada tarian tradisional.

Sementara itu di panggung, tebaran tembang melentingkan nuasa kesyahduan bersama lantunan wirid yang diselingi dzikir. Semilir angin terasa menyapu sekitarnya. Sungguh, pemandangan malam itu membawa penonton pada suatu tempat di mana sebuah ritual kudus sedang digelar.

Memang, kekudusan di sini tak berpaut dengan sebuah prosesi keagamaan, tapi berkelindan dengan sesuatu yang lain: gerak dan ritme tarian sufi yang konsentrik. Sosok darwis dibentuk menyerupai mandala yang indah.

Tarian melingkar darwis bisa digambarkan seakan planet-planet di angkasa raya sedang berputar mengitari matahari. Gerak melingkar dan berputar seperti gasing itu juga menggambarkan upacara tawaf atau mengelilingi Ka’bah pada waktu orang Islam melaksanakan ibadah haji.

Energi gerakan memutar yang melingkar-lingkar di tengah penonton ini menggambarkan gagasan sentral ajaran tasawuf, yaitu musyahadah (penyaksian penuh kehadiran dan keberadaan yang Esa). Apa yang dilakukan para penari sufi ialah menghadirkan suasana kerinduan mistikal Sufi kepada yang Satu, kekhusyukan jiwa mereka yang sedang berdoa dan tafakur.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait