Hutan dan Gunung Kesukaan Jin, Berikut 10 Tempatnya

ilustrasi horor dan misteri by pixabay
ilustrasi horor dan misteri by pixabay

CILACAP.INFO – Hutan dan Gunung adalah tempatnya jin, selain itu laut dan Gua-gua serta lubang. Terkait hal ini, Indonesia adalah negara yang diliputi dengan pegunungan dan hutan. Selain itu indonesia juga dikelilingi laut.

Tak menampik jika banyak sekali cerita rakyat berbau mistis di Indonesia. Dalam hal ini maka kita dianjurkan untuk berdo’a kepada yang Maha Kuasa. Hal ini agar terhindar dari segala marabahaya yang ditimbulkan karena gangguan Jin baik laki-laki maupun Jin Wanita.

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan Negara Maritim ini memang menyuguhkan banyak sekali wisata daerah, baik itu Obyek Wisata Air atau Hutan.

Selain itu, setiap obyek wisata biasanya mempunyai kisah akan hal-hal mistis yang diceritakan oleh penduduk sekitar.

Untuk itu,CILACAP.INFO hanya sekedar berbagi informasi yang bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat.

Berikut ini, Lokasi atau tempat-tempat kegemaran jin yang disebutkan dan dikisahkan dalam Islam.

1. Gua.

Jin suka tinggal di gua. Sebagaimana riwayat Ibnu Mas’ud bahwa perwakilan jin pernah datang kepada Rasulullah dan minta diajari Al Qur’an. Rasulullah pun mendatangi mereka yang ternyata tinggal di gua yang berada di tengah padang pasir.

2. Laut.

Jin kafir suka tinggal di laut terutama jin air atau sering kita sebut jin ghowwas. Bahkan singgasana iblis juga berada di lautan sebagaimana hadits dalam shahih Muslim.

عن جابر رضي الله عنه قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول إن عرش إبليس على البحر فيبعث سراياه فيفتنون الناس فأعظمهم عنده أعظمهم فتنة

“Dari Jabir, Nabi ‘alaihis shalatu was salam bersabda, “Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar godaannya.” (Shahih, HR. Muslim 2813).

3. Gunung dan Lembah.

Bilal bin Harits menceritakan bahwa dalam sebuah perjalanan bersama Rasulullah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa jin muslim dan jin musyrik bertengkar. Lalu mereka minta di tempatkan di suatu tempat. Maka Rasulullah menempatkan jin muslim di Al Jalas (perkampungan dan gunung-gunung), sedangkan jin musyrik di tempatkan di Al Ghaur (antara gunung dan laut).

4. Lubang.

Rasulullah Shallohu alaihi wasallam melarang umatnya kencing di lubang, baik lubang yang tampak seperti sarang binatang atau yang mirip dengan itu. di antara sebabnya, bisa menyakiti binatang. Sebab lain, bisa jadi lubang itu adalah tempat tinggal jin.

لاَ يَبُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ فِيْ جُحْرٍ قِيْلَ لِقَتَادَةَ وَمَا يُكْرَهُ مِنَ الْبَوْلِ فِيْ الْجُحْرِ قَالَ يُقَالُ إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ

“Janganlah salah seorang di antara kalian kencing di lubang” Mereka bertanya kepada Qataadah “Apa yang menyebabkan dibencinya kencing di lubang ?”. Qataadah menjawab : “Dikatakan bahwa ia adalah tempat tinggal jin”. Diriwayatkan oleh Abu Daawud dalam Kitaabuth-Thahaarah, Baab 16,29! An-Nasaa’iy dalam Ath-Thahaarah, Baab 29! dan Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya (5/82).

5. Kandang Unta.

لَا تُصَلُّوا فِي مَبَارِكِ الْإِبِلِ، فَإِنَّهَا مِنَ الشَّيَاطِينِ وَصَلُوْا فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ فَإِنَّهَا بَرَكَةٌ

“Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Al Barra’ Ibn ‘Azib). (HR. Ibnu Majah dan Ahmad! shahih)

6. WC dan Tempat Najis.

Tempat-tempat najis dan kotor sangat disukai oleh jin-jin kafir. Tempat-tempat kotor yang dimaksud adalah seperti kamar mandi, tempat sampah, kandang hewan Dll. Sebagaimana pengalaman penulis bahwa Jin yang suka menempati tempat-tempat najis dan kotor biasanya adalah jin Kafir, adapun jin-jin muslim biasanya menyukai tempat-tempat yang bersih, bau yang sedap, wangi-wangian seperti masjid, pesantren dan lain-nya walaupun tidak menutup kemungkinan ada jin kafir tinggal di masjid, pesantren dll. Sehingga Rasulullah mengajarkan doa masuk wc dengan doa meminta perlindungan kepada Allah dari setan jantan dan setan betina. Rasululloh bersabda !

إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوْشَ مُحْتَضَرَةٌ، فَإِذَا أَتٰى أَحَدُكُمْ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ : اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

“Sesungguhnya tempat pembuangan kotoran ini didatangi (oleh jin). Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian mendatangi kakus/toilet, hendaknyaia mengatakan : ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari jin laki-laki dan jin perempuan” Diriwayatkan oleh Abu Daawud dalam Kitaabuth-Thahaarah, Baab 3! An-Nasaa’iy dalam Kitaabuth-Thahaarah, Bab 17! Ibnu Maajah dalam Ath-Thahaarah, Baab 9! dan Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/369)

7. Rumah Manusia.

Jin yang tinggal bersama di rumah manusia memiliki beberapa kemungkinan.

Pertama, manusia tersebut memang memelihara jin atau memiliki hubungan perjanjian dengannya seperti tumbal rumah, pesugihan Dll.

Kedua, tidak sengaja mengundang jin. Jin datang karena perilaku anggota keluarga mengundang datangnya jin, misalnya karena ritual kesyirikan, kemaksiatan, menyimpan lukisan, patung dll.

Ketiga, Jin kiriman atau sihir. Jin jenis ini bukanlah jenis Jin yang sudah lama tinggal di rumah seseorang namun karena kiriman dari seorang dukun untuk menyakiti Bahkan membunuh penghuni rumah.

Keempat, Jin tinggal secara alami tanpa diundang. Ada jin yang tinggal seperti ini mengganggu atau menimbulkan ketidaknyamanan pada manusia penghuni rumah tersebut Bahkan membuat sakit penghuni rumah, namun tidak menutup kemungkinan ada pula yang tidak ikut campur dalam dunia manusia seperti jin jin muslim yang tinggal di atap-atap rumah kaum muslimin. Sebagaimana Atsar dari Ibnu Abi Dunya !

مَا مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَّا وَفِي سَقْفٍ بَيْتِهِمْ مِنَ الْجِنِّ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ إِذَا وُضِعَ غِذَائُهُمْ نَزَلُوْا فَتَغَدَّوْا مَعَهُمْ وَإِذَا وَضَعُوْا عَشَاءُهُمْ نَزَلُوْا فَتَعَشَّوْا مَعَهُمْ يَدْفَعُ اللهُ بِهِمْ عَنْهُمْ

“Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut” (Makaid Al Syaithon Hal 5).

Adapun untuk setan (jin kafir) maka Rasululloh shallaohu Alaihi wasallam menganjurkan kita untuk membacanya untuk mengusir mereka !

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَفِرُّ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ

“ Jangan menjadikan rumah kalian sebagai kuburan,dan sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibaca surah al-Baqarah, tidak akan dimasuki syaitan.” (HR Ahmad No 7808)

8. Pasar.

Jin juga suka tinggal di pasar sebagaimana hadits shahih Muslim, terutama pasar yang banyak praktik penipuan dan kecurangan. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:

وَقَالَ سَلْمَانُ الفَارِسِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَا تَكُونَنَّ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ ، وَلَا آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا ، فَإِنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ ، وَبِهَا يَنْصِبُ رَايَتَهُ

“Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir ke luar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya” (HR. Muslim no 2451).

9. Tempat Kosong atau tak berpenghuni.

Yang dimaksud dengan tempat kosong, sepi dan tidak berpenghuni ini adalah seperti hal-nya pemakaman/kuburan, lembah, padang pasir. Karena hakikatnya bangsa jin menyukai tempat-tempat yang sepi, mereka tidak menyukai keramaian. Dalam sebuah hadits diceritakan !

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ قَالَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ص لى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».

“Dari Ibnu Mas’ud ra berkata: “Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik dan disandera”. Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan.

Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: “Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda: “Malam tadi aku didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur’an”. Ibnu Mas’ud kemudian berkata kembali: “Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)”. Para jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakanya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: “Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)” (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud No 687).

Termasuk dalam masalah tempat kosong adalah di kamar rumah kita masing masing, bangsa jin suka di atas tempat tidur / kasur. Setiap tempat tidur yang ditinggalkan berarti disodorkan kepada setan untuk mereka tiduri. Bahkan tempat tidur yang sama yang selama ini kita gunakan. “Tidak ada satu kasur pun yang tergelar di dalam suatu rumah yang tidak ditiduri oleh manusia, kecuali setan akan tidur di atas kasur itu…” (Akamul Marjan fi ahkamil Jaan hal.150)

10. Tempat Teduh dan Panas.

Terdapat beberapa riwayat yang menegaskan larangan untuk duduk di tempat yang terkena teduh dan panas. Diantaranya dari Abu Hurairah Radhiyaahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي الشَّمْسِ فَقَلَصَ عَنْهُ الظِّلُّ، فَصَارَ بَعْضُهُ فِي الشَّمْسِ وَبَعْضُهُ فِي الظِّلِّ فَلْيَقُمْ

Jika kalian berada di tempat yang panas, lalu tiba-tiba bayangan bangunan menutupi kita sebagian sehingga terkena teduh, maka hendaknya dia pindah. (HR. Abu Daud 4823)

Dalam riwayat lain, dari Abu Iyadh, dari salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَهَى أَنْ يُجْلَسَ بَيْنَ الضِّحِّ وَ الظِّلِّ وَ قَالَ مَجْلِسُ الشَّيْطَانِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang duduk di antara tempat yang terkena panas dan tempat yang terkena naungannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Itu adalah tempat duduknya setan.’ ” (HR. Ahmad 15421)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi alasan larangan di atas karena tempat tersebut adalah tempatnya setan, sementara kita dilarang menyerupai setan. Ibnu Manshur pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Benarkah duduk di tempat yang terkena teduh dan panas itu makruh?” Jawab Imam Ahmad,

هذا مكروه، أليس قد نهي عن ذا ؟

“ Itu makruh. Bukankah sudah ada larangan tentang ini? “

Karena itu, bagi mereka yang duduk di tempat yang terkena teduh dan panas, atau mereka yang duduk di tempat yang semua kena panas, agar dia berpindah ke tempat yang semuanya terkena teduh.

عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: رَآنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ أَنَا قَاعِدٌ فِي الشَّمْسِ، فَقَالَ: تَحَوَّلْ إِلَى الظِّلِّ

Dari Qais bin Abi Hazim dari ayahnya, beliau bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat aku duduk di bawah terik matahari, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Pindahlah ke tempat teduh!’ ” (HR. al-Hakim: 4/271)

Jika ditinjau dari segi medis, duduk di tempat seperti ini cukup membahayakan kesehatan. Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan,

لأن الجلوس بين الظل والشمس مضر بالبدن إذ الإنسان إذا قعد ذلك المقعد فسد مزاجه لاختلاف حال البدن من المؤثرين المتضادين

Bahwa duduk di tempat yang sebagian terkena teduh sementara sebagian yang lain terkena sinar matahari, membahayakan bagi badan. Karena ketika orang duduk di tempat semacam ini, cairan tubuhnya rusak, karena ada 2 pengaruh yang bertolak belakang yang mengenai badan. (Faidhul Qadir, 6/351).

Note: Jangan Lupa berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala jika hendak berpergian dan ingin mengunjungi sebuah tempat seperti Gunung atau Danau.

Jangan lupa untuk bersikap dan berniat baik, jangan arogan dan berkata kotor. (*)

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait