Dahulu ada seorang sesepuh yang suka bersemadi di atas bukit itu. Orang-orang memanggilnya Ki Ismoyo Jati. Beliau selalu mengatakan kata-kata, “Keinginan kalian akan terkabul, tapi sarananya adil!” Begitulah yang diujarkannya setiap mengakhiri nasihatnya kepada para peziarah. Jadi, bagi siapa pun orang yang percaya, yang datang ke Srandil untuk suatu permintaan, agar terkabul syaratnya dia harus berbuat adil, baik pada diri sendiri, pada orang lain, maupun pada Tuhan. Berawal dari situlah orang-orang akhirnya menyebut tempat itu dengan sebutan Srandil.
Pada sisi lain, ada yang mengatakan bahwa Srandil berasal dari kata sarana dan adil. yang dimaksudkan adalah tempat untuk meminta keadilan. Banyak orang dari berbagai daerah, yang merasa diperlakukan tidak adil dalam kehidupannya datang ke Srandil dengan membawa berbagai masalah untuk mencari jalan keluar. Ada yang datang untuk menenangkan jiwa, ada yang datang untuk minta jodoh, ada yang datang karena usahanya bangkrut, Bahkan ada yang datang minta kaya! Mereka datang dari berbagai kalangan dan agama.
Kata mereka, mereka tetap meminta pada Tuhan, tetapi entahlah. Itu urusan kepercayaan masing-masing.
Di Srandil terdapat beberapa tempat untuk bersemadi, baik di bawah maupun di atas bukit. Ada yang berupa gua-gua kecil, ada yang berujud pelataran, dan ada yang konon merupakan makam para leluhur. Untuk mengadakan persemadian dan sebagainya, biasanya akan dipandu oleh seorang juru kunci yang mereka pilih sendiri (karena jumlahnya banyak) dan dengan membawa sesaji.
Konon katanya, banyak para pejabat dan pengusaha yang datang ke Srandil. Mereka tentu datang dengan sedikit malu-malu, sehingga mereka datang dengan cara menyamar. Mengapa demikian? Ya, bag aimanapun kita hidup di negara yang punya agama, yang memerintahkan agar kita hanya menyembah dan hanya meminta pada Tuhan saja.
Tampilkan Semua