CILACAP.INFO – Kisah kekeramatan Gus Dur dan sosoknya yang Mberkahi mungkin telah banyak diketahui oleh warga Nahdliyyin melalui berbagai portal keislaman.
Namun kali ini kekeramatan atau karomah Beliau justru diceritakan langsung oleh yang mendampingi Gus Dur kala beliau datang ke Pondok Pesantren El Bayan Majenang.
Saat diceritakan, saat itu waktu menunjukan dini hari yakni pukul 01.00 WIB. Duduk dan bercerita sembari ditemani kopi, roti dan juga gorengan pisang yang sudah dingin.
Saat itu awak redaksi CILACAP.INFO asyik bercerita tentang kisah – kisah yang ada di Cilacap, bersama seorang Gus dari Ciawitali Cimanggu dan juga Haji Murtadlo.
Pada saat asyik bercerita, kala itu diceritakan suatu kisah menarik tentang sebuah misteri dari sepasang sandal bupati Cilacap, Haji Tatto Suwarto Pamuji yang menurut Haji Murtadlo menjadi berkah dan terpilihnya Tatto sebagai orang nomor satu di Cilacap 2 Periode.
Kisah itu bermula saat seorang Kiai, Ulama, Mantan Presiden Republik Indonesia dan juga Cucu dari Hadratus Syaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari yakni Almaghfurlah Kiai Haji Abdurrahman Wahid yang saat itu datang ke pondok pesantren (Ponpes) El Bayan Majenang ke Pondok Kiai Haji Najmuddin.
Haji Murtadho pada malam itu menceritakan, saat kedatangan beliau (Gus Dur) ke ponpes El Bayan Majenang, yakni pada tahun 1999, saat itu Haji Murtadho yang merupakan Ketua Gusdurian Majenang dan Mantan Dewan di DPRD Cilacap fraksi PKB turut mendampingi Almarhum Gusdur.
Saat itu Haji Murtadlo duduk di belakang Gus Dur dan Kiai Haji Najmuddin, dan pada saat duduk, terdapat suatu hal yang tak biasa terjadi.
Kiai Najmuddin yang duduk berhadapan dengan Gus Dur saat itu terlihat tak mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Gus Dur kala itu tampak begitu takdzim dengan duduk dan menunduk dihadapan Kiai Najmuddin.
Namun tiba-tiba, Gus Dur mengucapkan “Nggih Yai, Nggih Yai.” Berkali – kali seperti telah menerima wejangan dari Kiai Najmuddin jelas Haji Murtadlo menceritakan pengalamannya saat ia mendampingi tokoh Nahdlatul Ulama (NU) pada saat itu.
Waktu demi waktu terus berjalan, Gus Dur kemudian pamit hendak bertolak dari Ponpes El Bayan, namun pada saat itu ada kejadian yang bisa dibilang usil, sengaja.
Pasalnya kala itu dua sandal Gus Dur hilang, sontak saja santri pun menjadi panik dan turut mencarinya, namun yang diketemukan hanyalah sebelahnya saja, sedang yang sebelah lagi diketemukan beberapa hari kemudian.
Saat para santri termasuk pendamping Gus Dur mencari sandal, kemudian datanglah Haji Tatto Suwarto Pamuji.
Haji Tatto yang melihat keriuahan kemudian berbicara, “ada apa?” kemudian dijelaskanlah bahwa sandal milik Gusdur hilang.
H. Tatto yang sekarang ini masih menjabat menjadi Bupati, Pada saat itu menyarankan untuk memberikan sepasang sandal yang ia pakai untuk dipakai Almarhum Gus Dur.
Panitia dan Pendamping Gus Dur pun setuju, kemudian Sandal tersebut diberikan kepada Almarhum Gus Dur.
Menurut Haji Murtadlo, ada berkah terpilihnya Tatto lantaran telah memberikan sandalnya kepada Almarhum Gusdur.
Sekelumit kekeramatan Beliau yang mberhaki, Hal tersebut juga diperkuat lagi dengan satu orang penemu sandal Gus Dur yang kemudian juga menjadi Kadus (Kepala Dusun) Jenang, Majenang.
Dikisahkan, saat itu di Cilacap, bahwa Kadus ditentukan dari pilihan. Dimana saat ada pencalonan Kadus tersebut, seorang calon yang juga penemu sandal Gus Dur ingin mencalonkan diri, namun ia takut tidak terpilih.
Mengetahui bahwa si kadus adalah penemu salah satu sandal Gus Dur, lantas beberapa orang menyarankan kepada calon Kadus tersebut supaya memakai sandal Gus Dur.
Anjuran tersebut pun ternyata benar-benar dijalankan saat pemilihan kadus meski Sandal milik Gus Dur kekecilan olehnya dan hanya sebelah. Namun, sambung Haji Tado, orang tersebut pada akhirnya terpilih menjadi Kadus.
Oleh sebab itu, Haji Murtadlo berujar terpilihnya tatto 2 periode, ada berkah dari sepasang sandal yang ia berikan kepada Gus Dur, Ulama yang disegani dan juga dikagumi oleh warga NU (Nahdliyin).