Tak berapa lama, setelah Pak Sakri reda dari amarah dan lemparan kemenyan, kini Pak Sakri kembali disibukkan oleh makhluk lain. “Saya pindah ke depan!” Ucapnya tiba-tiba. Spontan raut wajah panik terlihat dari wajah Panji dan Bang Epps karena artinya sekarang mereka lah yang berada di posisi paling belakang. “Ada anak kecil di atas tas Widi.” Bisik Panji. Sedikit tercengang, saya berjalan tepat di belakang Widi tapi saya tidak melihat siapa-siapa di sana, entahlah kini saya sendiri bingung, perasaan seperti apa yang saya rasakan, panik mungkin tapi selama makhluk itu tak terlihat saya sepertinya masih cukup tenang.
Pak Sakri berlalu ke depan, dengan membawa sebatang pohon kecil yang digunakan untuk menopang sekaligus membuka jalan, karena memang jalur ini sangat penuh dengan semak belukar. Perpindahan posisi Pak Sakri bertujuan untuk menjaga agar sesuatu hal tidak terjadi pada Widi yang kini sedang dalam keadaan Haid yang memang sangat disukai oleh para mahkluk ghaib.
Kami berjalan, kini tanpa bicara sedikit pun, kecuali ada hal yang benar-benar penting. Bayang-bayang sosok anak kecil yang berada di atas tas Widi, tidak saya hiraukan lagi. Gelapnya malam ini, membuat keadaan kian mencakam. Jalur yang kami lalui masih sama, jalan setapak, yang kanan kirinya penuh pepohonan dan semak belukar.
di tengah keheningan, tiba-tiba saya mendengar suara gemerisik dari semak-semak. Ternyata benar, ada sesuatu di sana. Makhluk kerdil mirip Smeagol di film Lord of The Rings melompat –lompat di samping kami. Ia asik melompat ke kanan dan ke kiri bermain-main di semak-semak yang seolah menjadi area bermain baginya.
Tampilkan Semua