Setelah berpamitan, sekitar jam 7 pagi kami berangkat. Sesampainya di tempat pemandian, kami langsung memilih tempat untuk kami membenamkan diri di air hangat, mengendurkan otot-otot yang tegang dan meghilangkan rasa lelah.
Usai berendam, kami memanjakan perut, dengan menyantap sate ayam dan sate kambing muda di sebuah rumah makan sederhana. Disinilah kami sedikit bercerita, mengulang kisah-kisah di atas gunung sana. Sambil bercerita, kami pun mengambil beberapa gambar di tempat ini. Usai berfoto-foto, kami teringat foto aneh yang tertangkap oleh kamera Fahmi ketika di Goa. Kami ingin memastikan sekali lagi, sosok apakah yang ada di dalam foto tersebut. Namun berkali-kali kami mencarinya, foto itu sudah tidak ada, hilang dengan sendirinya. Mengetahui itu, kami hanya saling pandang tanpa memperpanjang pembicaraan.
Usai memanjakan diri, kini tiba saatnya kami kembali ke rumah masing-masing. Elf yang kemarin mengantar kami, kini sudah kembali terparkir di sini untuk mengantar kami pulang. Disepanjang perjalanan, ketika kami rasa sudah cukup jauh dari kaki gunung Slamet. Kami baru berani bercerita tentang apa yang dialami oleh diri kami masing-masing secara gamblang. Bahwa sebernarnya, Panji melihat ada 3 orang anak kecil bertengger di atas tas ransel Widi karena Widi membawa pembalut bekas pakai nya. Selain itu, ternyata hanya Saya, Widi dan Fahmi yang melihat makhluk kerdil itu melompat-lompat disemak-semak dan berdiri dipinggir jalur, Bang Epps hanya mendengar suaranya saja tanpa bisa melihatnya.
Ketika di rumah makan, Usep, Asep, Widi dan Panji, telinganya terasa panas ketika membicarakan sosok anak kecil di tas Widi sambil melihat-lihat foto yang hilang dikamera
Suara music yang kami dengar di atas, bukannya suara music dari rumah warga, namun merupakan gending gamelan yang jika saya baca itu merupakan tanda bahaya bahwa kami bisa saja masuk ke alam lain. Namun lagi-lagi Alhamdulillah kami selamat, berkat lindungan dari Allah SWT pemilik alam semesta beserta isi nya.
Tampilkan Semua