Bikin Merinding, Desa Sepatnunggal Majenang konon Dijaga Lelembut

cilacap info featured
cilacap info featured

“Kena, kau!” seru Reksapati kegirangan.
Dari kejauhan ibunda Ratna Kencana yang hendak turun ke sungai untuk mencuci baju terkejut mendapati Reksapati didampingi Ratna Kencana tengah memegangi pancing yang ada ikan berukuran besar. Wajah sang Ibu berubah menjadi pucat pasi. Ia menjatuhkan bakul berisi baju kotor yang hendak dicuci. Dalam suasana yang masih terang benderang, ia dikejutkan oleh suara petir yang menggelegar. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar bergumam.

“Duh, Gusti, lindungilah desa ini!” gumamnya dalam isak.
Tergopoh-gopoh sang Ibu pulang ke gubuknya. Ia berlari menghambur ke suaminya yang masih tertidur di dipan panjang. Suara gaduh dari langkah Nyi Wangsakarta membangunkan suaminya.
“Aki… Aki! Gawat, Kii… ikan… ikan… ikann…!”
“Ada apa, Nyi? Ada apa dengan ikan?” tanya Ki Wangsakarta kebingungan.

“Ikan di Sungai Cibengkeng, Ki. Ratna Kencana dan Reksapati mem ancing ikan itu. Entah apa yang akan mereka lakukan pada ikan itu, Aki…!” Wajah Nyi Wangsakarta tampak sangat gusar dan cemas.

Ki Wangsakarta terperanjat. Ia meloncat kuat dari dipan panjang kesayangannya. Ia berlari secepat kilat mencari putri semata wayangnya dan menantunya. Setibanya di tepi Sungai Cibengkeng ia terhenyak melihat putri dan menantunya duduk di atas batu besar dan menyantap ikan sepat berukuran besar yang telah dibakar di hadapan mereka. Melihat kedatangan Ki Wangsakarta, Ratna Kencana berteriak.

“Ayah, Ayah, Ayah! Kata Ayah tidak ada ikan di sungai ini. Lihat Ayah! Kanda Reksapati dapat menangkap ikan yang berukuran besar. Ikan sepat yang lincah, Ayah. Kami telah memakanya. Sayang, Ayah datang terlambat. Jadi, tidak dapat mencicipi ikan yang lezat ini, Ayah,” cerocos Ratna Kencana pada sang ayah yang masih tercenung melihat kejadian di hadapannya tersebut.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait