Puncak yang kami daki ini sebernarnya bukan lah puncak utama gunung ini, melainkan masih ada satu puncak lagi yang dapat kami jangkau dengan menyusuri pinggir kawah ini. Walau demikian, kami tetap bersyukur sudah sampai sejauh ini. Kami sebenarnya bisa saja melanjutkan ke puncak utama, namun mengingat hari sudah siang, dan teman kami Widi menunggu di bawah, kami memutuskan cukup sampai di sini.
Setelah kurang lebih satu jam kami berada di sini, kini kami harus segera turun, karena asap belerang dari kawah gunung ini sewaktu-waktu dapat meracuni kami. Dengan tenaga yang tersisa, kaki-kaki ini mulai melangkah turun, tak lebih mudah dari perjalan naik tadi. Kami harus kembali menghadapi hamparan pasir berbatu yang kini dapat membuat kami tergelincir jika tidak hati-hati.
Kami memilih berseluncur di awal langkah menuruni puncak gunung ini, lalu dilanjutkan dengan melangkah perlahan. Sakit pada kaki tak bisa dihindarkan lagi, karena kami harus menahan bobot tubuh kami disetiap langkah yang kami ambil agar tidak merosot terlalu jauh. Perlahan namun pasti, kami akhirnya tiba di pos 5 tempat kami mendirikan tenda.
“Alhamdulilllaahh..” Ucap kami seraya berjalan dengan tubuh yang tengah gontai kehabisan tenaga. Teriknya matahari membuat lelah kami berlipat ganda, namun tak membuat kami hilang semangat. Waktu menunjukkan pukul 11 siang, tentu saja perut kami sudah keroncongan. Untunglah ada Widi yang sudah siap menyambut kami dengan hidangan makan siang.
“Haii gaess!!..gimana-gimana?’’ Seru Widi antusias menyambut kedatangan kami. Dari suaranya saya tau, bahwa dirinya pun berharap jadi bagian dari pendakian puncak tadi. “Ayo-ayo, istirahat dulu.” Sambungnya seraya mempersilahkan kami duduk di bawah flysheet di depan tenda. Setelah mengambil nafas, sedikit mereBahkan diri dan meluruskan kaki, melepas alas kaki yang seakan kini penuh duri, dan setelah membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel, kami langsung menyantap hidangan makan siang yang sudah memanggil-manggil sejak tadi.
Tampilkan Semua