Di era digital saat ini, berbagai macam kemungkinan yang dapat mengancam keutuhan dan persatuan bangsa menjadi lebih besar. Dikarenakan sarana informasi dan komunikasi yang mudah diakses membuka peluang tersebarnya beragam ujaran kebencian (hate speech) dan berita-berita palsu (hoax) secara bebas. Terlebih jika hal tersebut menyangkut isu sensitif seperti SARA.
Apabila berita tersebut dicerna mentah-mentah begitu saja, maka tidak menutup kemungkinan akan dapat memicu perpecahan dan konflik di masyarakat. Hal ini tentunya menjadi permasalahan serius yang seharusnya mendapat perhatian lebih. Pengetahuan masyarakat yang kurang untuk dapat membedakan berita yang asli dan palsu merupakan alasan utama permasalahan ini.
Sehingga berita yang tersebar secara masif di berbagai macam platform digital mudah dipercayai dan dianggap sebagai sesuatu yang benar. Oleh karena itu, peran para pemangku kepentingan, media dan tentunya pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat mengantisipasi dan mengatasi permasalahan ini. Sehingga berita-berita hoax yang ada tidak begitu lama tersebar dan segera mendapatkan klarifikasi oleh pihak berwenang.
Selain itu, kunci utama sebagai langkah untuk menyikapi permasalahan ini ialah dengan cara meningkatkan rasa mawas diri agar tidak mudah percaya akan adanya berita-berita hoax ataupun narasi-narasi yang menghasut dan menyesatkan. Dengan tidak melupakan untuk selalu berusaha menyaring dan memeriksa fakta di dalam berita-berita yang ada.
Sebagai bangsa dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa dan terdiri atas berbagai macam ras, suku, budaya maupun agama, kita patut bersyukur.Meskipun dengan kondisi negara yang beragam, kita masih dapat bersatu dalam satu bingkai negara Indonesia. Karena semangat persatuan dan kesatuan, Indonesia dapat merdeka dan berdiri hingga saat ini.
Semboyan merawat persatuan seakan-akan mengajak kita memaknai kembali arti dari konsep keberagaman. di mana sisi indah sebuah persatuan akan terwujud ketika kita tidak memandang latar belakang seseorang sebagai suatu penghalang untuk bersatu. Toleransi serta sikap saling menghormati dan menghargai sebagai sesama manusia merupakan implementasi nyata dari nilai-nilai yang terkandung di dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang menjadi simbol pemersatu bangsa.