namun setelah Widya menejelaskan, bahwa sebelumnya sudah dilakukan observasi,-
wajah ibunya melunak.
“Perasaane ibuk gak enak, opo gak isok di undur setahun maneh” (perasaan Ibu gak enak, apa tidak bisa di undur satu tahun lagi)
Widya enggan melakukanya, maka, meski berat, kedua Orang Tuanya pun terpaksa menyetujuinya. hari pembekalan sebelum keberangkatan.
Widya, Ayu, Bima dan Nur, matanya melihat ke sekeliling, khawatir, 2 orang yang seharusnya ikut pembekalan belum juga terlihat batang hidungnya, sampai, menjelang diang, 2 orang muncul, menyapa dan memperkenalkan dirinya di depan mereka.
Wahyu dan Anton.
setelah basa basi, bertanya seputar rencana KKN dari A sampai Z selesai, mereka akhirnya berangkat.
“Numpak opo dik kene??” (naik apa kita nanti?) kata Wahyu.
“Elf mas” jawab Nur.
“sampe deso’ne numpak Elf dik?” (sampai desanya naik mobil Elf dik?)
“mboten mas. berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput” (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput) sahut Nur.
mendengar itu, Widya bertanya ke Ayu. “Yu, Deso’ne ra isok di liwati Mobil ta?” (Yu, apa desanya gak bisa di masuki mobil”
Ayu hanya menggelengkan kepala. “ra isok, tapi cedek kok tekan dalan gede, 45 menit palingan” (gak bisa, tapi dekat kok dari jalan besar, 45 menit kemungkinan)
di sinilah. cerita ini di mulai.
sesuai apa yang Nur katakan. Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S, tanpa terasa hari sudah mulai petang, di tambah area dekat dengan hutan, membuat pandangan mata terbatas, belum sampai di sana, gerimis mulai turun. lengkap sudah.