Eyang Arjo Kusumo menghunus Keris Tirta Mukti dari sarungnya, seketika udara di sekitar menjadi sangat dingin menusuk sampai tulang bagian terdalam. Gerakan Arya Jabat menjadi lambat akibat situasi tersebut. Tanpa membuang waktu, Arya Jabat pun menghunus pedang pusaka pemberian Sultan Trenggono. Aneh… seketika itu suhu kembali seperti semula. Suara dentuman kembali terdengar ketika kedua pusaka itu beradu.
Setelah sekian ratus jurus mereka keluarkan, pada suatu kesempatan Arya Jabat berhasil merangsek Eyang Aryo Kusumo. Eyang Aryo Kusumo menjadi terpojok dan pada suatu kesempatan tiba-tiba pedang Arya Jabat sudah berada di samping leher Eyang Arjo Kusumo. Tinggal satu gerakan saja, terpisahlah kepala itu dari badan. Namun, gerakan itu urung dilakukan oleh Arya Jabat. Sekilas Arya Jabat melihat pujaan hatinya tergantung di sumur tumbal.
“Ha… ha… ha… ha… bocah bengal… sekarang kau tinggal pilih. Kau bebaskan aku atau kau biarkan pujaan hatimu mati di dalam sumur tumbal itu? Ha… ha… ha….” “Manusia culas…! Iblis licik… Awas kau…!” sambil berkata Arya Jabat tetap mengayunkan pedangnya dan terpenggallah kepala Eyang Arjo Kusumo. Namun, sebelum pedang itu sampai di leher dan memisahkan kepala dari tubuhnya, Eyang Arjo Kusumo berkesempatan mengayunkan keris Tirta Mukti di pinggang sebelah kanan Arya Jabat. Keduanya tersungkur di tanah. Saat itu juga Eyang Arjo Kusuma meregang nyawa dan Arya Jabat terluka parah akibat sabetan keris Tirta Mukti.
Dengan susah payah dan luka yang parah, sampailah Arya Jabat ke sumur tumbal. Intan Sari kemudian dibebaskan. Akan tetapi, Arya Jabat tergelincir dan terjerembab ke dalam sumur yang penuh dengan bangkai manusia yang mejadi tumbal Eyang Arjo Kusumo. Dengan susah payah Arya Jabat berusaha untuk ke luar dari sumur itu. Luka yang parah membuat Arya Jabat kehabisan darah dan tenaga sehingga dia tidak mampu ke luar dari sumur tumbal.
Tampilkan Semua