“Tak salah lagi dialah Eyang Arjo Kusumo yang telah mencuri Keris Tirta Mukti dan membuat kesengsaraan penduduk dengan keris itu. Aku harus segera menyelesaikan tugas ini demi penduduk desa dan tugas yang diemban dari Sultan Demak,” gumam Arya Jabat. “Hai Ki Sanak, kembalikan Keris Tirta Mukti yang kaucuri!” gertak Arya Jabat dengan suara lantang. Mendengar suara Arya Jabat pelahan Eyang Arjo Kusuma membuka mata dan menghentikan semadinya. “Huh kurang ajar! Siapa kau cecunguk, berani-beraninya mengganggu semadiku? Apa urusanmu dengan keris yang aku miliki. Keris ini milikku!! Selamanya akan jadi milikku. Hahaha…,” bantah Eyang Arjo Kusumo. “Manusia tidak punya malu…! Keris itu bukan punyamu. Keris itu milik Sultan Trenggono, penguasa Kerajaan Demak. Kau telah mencurinya dari Kerajaan Demak,” jawab Arya Jabat. “Huahaaaaa… hahahahaha… jika memang iya, kau mau apa? Mau ambil keris ini? Jika kau mampu ambilah!”
Eyang Arjo Kusumo melayang terbang menghampiri Arya Jabat.
Dalam hitungan detik pertempuran pun terjadi antara Arya Jabat dan Eyang Arjo Kusumo. Setelah berkata seperti itu Eyang Arjo Kusumo melayang terbang menghampiri Arya Jabat. Dalam hitungan detik pertempuran pun terjadi antara Arya Jabat dan Eyang Arjo Kusumo. Kedua orang itu memiliki kesaktian yang berimbang. Keduanya sama-sama sakti dengan pusaka di tangan masing-masing. Pertarungan berlangsung lama dan menguras tenaga. Tidak semudah yang Arya Jabat bayangkan untuk merebut Keris Tirta Mukti dari tangan Eyang Arjo Kusumo.
Begitu pun sebalikya, ternyata Arja Jabat tidak mudah dikalahkan seperti yang diperkirakan oleh Eyang Arjo Kusumo. Dari pagi sampai siang jurus demi jurus mereka adukan untuk mengalahkan satu sama lain. Pertempuran yang dahsyat itu beberapa kali mengeluarkan suara dentuman yang sangat keras pada saat tenaga dalam kedua orang itu beradu. Penduduk berbondong-bondong menyaksikan pertarungan. Mereka sangat berharap Arya Jabat dapat mengalahkan Eyang Arjo Kusumo agar mereka terlepas dari kutukan Keris Tirta Mukti.
Tampilkan Semua