“Bertahanlah Kakang, aku akan mencari tali,” teriak Intan Sari. “Ambilah Keris Tirta Mukti dan pedangku ini. Pergilah ke Kerajaan Demak. Serahkan keris dan pedang ini kepada Sultan Trenggono,” ucap Arya Jabat dengan penuh susah payah akibat luka yang dialaminya.
“Jangan Kakang… Jangan tinggalkan aku.” Setelah melempar kedua pusaka itu, Arya Jabat menghembusan napasnya. Kesaktian Keris Tirta Mukti telah mengeluarkan nyawa Arya Jabat dari raganya. Setelah menhembusan napas untuk yang terakhir kalinya, keanehan pun terjadi. Sumur yang penuh dengan bangkai manusia berubah menjadi sumur dengan airnya yang sangat jernih. Secara ajaib pula terdengar suara Arya Jabat dari dalam sumur.
“Janganlah kalian bersedih… Ini sudah menjadi garis hidupku. Semoga air sumur ini akan membawa manfaat untuk kalian semua,” Semua penduduk desa berkabung atas kematian Arya Jabat. Arya Jabat harus meninggal untuk melepaskan penduduk desa dari kutukan Keris Tirta Mukti. Mulai saat itu penduduk desa tersebut tidak pernah kekurangan air bersih. Sumur itu akan tetap mengeluarkan air bersih meskipun di musim kemarau. Desa itu selalu menjadi hidup. Karena hal tersebut, penduduk desa bersepakat untuk memberi nama desanya Kahuripan yang berarti hidup kembali. Untuk mengenang sosok Arya Jabat yang telah menghidupkan desa itu kembali, penduduk menamai sumur itu Sumur Gemuling.
Copyright: Cerita Rakyat | Penerbit:
Balai Bahasa Jawa Tengah | Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tampilkan Semua