Sudah berminggu-minggu Arya Jabat melakukan pencarian Keris Tirta Mukti. Tidak terasa bekal yang diberikan oleh Adiyaksa telah menipis dan pada akhirnya tidak bersisa. Mengetahui hal itu, Arya Jabat memutuskan untuk menyambangi sahabatnya yang ada di Padepokan Klapa Wuni. Padepokan itu sangat asri dan indah. Padepokan yang berada di sekitar Sungai Serayu itu dipimpin oleh seorang kiai yang bernama Klapa Wuni. Setelah ia menemui sahabatnya dan mengutarakan niatnya, Arya Jabat dibawa menghadap sang Kiai. Harapan yang ada dalam diri Arya Jabat adalah dia akan mendapatkan bantuan bekal dan informasi tentang Keris Tirta Mukti. Harapan itu rupanya tidak sia-sia, selain mendapat bekal, ia juga mendapat petunjuk dari Kiai Klapa Wuni tentang Keris Tirta Mukti.
“Alangkah berat beban yang engkau emban wahai pemuda. Keris itu berada tidak jauh dari tempat ini. Namun, untuk mendapatkan keris itu kamu harus menghadapi berbagai cobaan dan hambatan yang sekiranya akan dapat merenggut nyawamu,” ujar sang Kiai. “Alangkah bahagia hati saya mendengar kalau keberadaan benda pusaka itu tidak jauh dari tempat ini. Apa pun risikonya harus saya ambil Kiai demi terlaksananya tugas yang dipercayakan ke saya oleh Sultan Demak,” jawab Arya Jabat.
“Baiklah kalau itu sudah menjadi tekat dan keputusanmu. Aku tidak dapat memberikan secara jelas nama wilayah tempat pusaka itu berada. Namun, kamu harus melanjutkan perjalananmu ke arah barat. Setelah lebih kurang satu atau dua minggu perjalanan, kamu akan menemui sebuah desa yang sedang dilanda malapetaka, musim kemarau yang panjang menyebabkan desa itu mengalami paceklik. Nah, disitulah keris pusaka itu berada,” ujar Kiai Klapa Wuni. “Terima kasih Kiai atas bantuan dan informasi yang Kiai berikan kepada saya. Malam ini juga saya akan melanjutkan perjalanan sesuai dengan petunjuk Kiai,” jawab Arya Jabat.
Tampilkan Semua