Ketika mereka sedang asyik menikmati pemandangan dan beristirahat, berkatalah Bajang Laut, “Wahai, kedua saudaraku. Aku berjanji kelak jika aku menduduki singgasana. Kalian berdua akan aku jadikan sebagai penggawa!”
Waktu pun berputar dengan cepat, Haryo Leno dan Joko Leno masih setia bersama dengan Bajang Laut. Janji Bajang Laut yang akan mengangkat Haryo Leno dan Joko Leno sebagai penggawa apabila Bajang Laut menduduki singgasana membuat Haryo Leno tetap bertahan. Namun, janji Bajang Laut tidak kunjung terlaksana sehingga muncullah niat Haryo Leno pergi meraih impiannya sendiri.
Ia pergi tanpa pamit kepada kedua saudaranya. yang dilakukannya bukan karena ia membenci Bajang Laut, tetapi ia ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Ia ingin mencari kehidupannya sendiri. Karena Haryo Leno berpikir apabila dirinya hanya menunggu Bajang Laut benar-benar menduduki singgasana, hal itu memerlukan waktu yang lama dan belum pasti.
Dengan demikian, Haryo Leno memu- tuskan membuka hutan untuk bercocok tanam. Sampailah Haryo Leno di hutan yang tanahnya rata dan subur. Haryo Leno mem- buka hutan tersebut dan menjadikannya tanah pertanian. Karena keuletan dan kegigihannya, semua tanaman yang ia tanam tumbuh dengan subur. Tanaman-tanaman tersebut menghasilkan buah dan sayuran yang segar sehingga Haryo Leno dapat memanen hasil jerih payahnya sendiri, tanpa bergantung kepada orang lain.
Haryo Leno beranggapan bahwa sebuah proses perjuangan yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh akan membuahkan hasil sesuai perjuangannya. Kesabaran dan ketelitian ia tanamkan pada dirinya. Proses yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula.
Di kala sang mentari masih mengintip, Haryo Leno memandangi tanaman yang begitu subur, timbullah rasa puas, bangga, dan kagum. Dia pun bergumam dalam hati, “Tempat ini betul-betul sida reja ‘jadi ramai’ atau sida makmur ‘jadi makmur’. Jika kelak tempat ini menjadi desa, aku akan memberinya nama Desa Sidareja!”.
Tampilkan Semua