Memandang hasil kerja kerasnya membuat hati Haryo Leno se- nang. Ia benar-benar bahagia karena tanamannya tumbuh dengan
subur dan sehat. Dengan tanaman itulah Haryo Leno dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara itu, sejak kepergian Haryo Leno yang tanpa pamit, Joko Leno dan Bajang Laut terus mencari Haryo Leno. Mereka berdua berpencar mencari ke mana-mana hingga ke pelosok-pelosok desa. Mereka khawatir terjadi sesuatu pada Haryo Leno. Bajang Laut pergi ke arah barat, sedangkan Joko Leno pergi ke arah timur.
Berbulan- bulan mereka melakukan pencarian itu. Pada titik-titik mendekati keputusasaan, Joko Leno berhasil menemukan Haryo Leno.
Tidak selang beberapa lama Joko Leno mendatangi Haryo Leno dan bertanya alasan kakaknya pergi dengan tiba-tiba dan tanpa pamit kepada Bajang Laut. Bahkan, pamit kepada adiknya sendiri pun tidak. Haryo Leno bercerita tentang kepergiannya karena ia merasa rugi bila hanya mengandalkan janji dari Bajang Laut. Bahkan, ia berpikir entah kapan Bajang Laut akan menduduki singgasananya.
Sementara, waktu itu Bajang Laut jauh dari rumahnya dan hidup bersama dirinya. Haryo Leno merasa tidak enak kepada Bajang Laut apabila dirinya pergi berpamitan karena ia berpikir bahwa Bajang Laut mungkin akan mengira dirinya orang yang tidak sabaran dan tidak percaya kepadanya. Ia juga khawatir Bajang Laut tersinggung dengan keputusan dan tindakannya tersebut. Oleh karena itu, Haryo Leno memutuskan pergi tanpa pamit. Akan tetapi, Joko Leno malah berkata lain.
“Hanya alasan Kakang saja. Sesungguhnya Kakang ingin menyaingi Bajang Laut, kan? Ingin menjadi penguasa dan memiliki wilayah kekuasaan sendiri! Kakang juga tidak mengatakan apa pun kepadaku. Kakang ingin meraih sukses sendirian?”
Haryo Leno menjawab, “Tidak adikku, bukan begitu. Kamu salah mengerti dengan apa yang aku katakan padamu.