Menilik Kisah dan Riwayat Syaikh Sufyan Tsauri Cigaru Majenang

cilacap info featured
cilacap info featured

Pada awal Pebruari 1948, Hari Senin tanggal 22 Rabiulawal, dalam suasana yang sedih dan pilu, berangkatlah tandu yang membawa Syekh Sufyan Tsauri menigalkan Markas Pertahanannya setelah berbulan bulan menunaikan tugas suci di pengungsian sebagai mujahid yang tiada kenal menyerah.

Udara dipagi hari yang sejuk mengiringi geraknya tandu yang berjalan melalui celah-celah pepohonan besar dihutan belantara gunungan Kendeng. Syekh Sufyan Tsauri duduk dengan khusyu atas tandunya. Syekh Sufyan Tsauri berserah diri tawakal kepada Allah dengan tiada henti hentinya mengucapkan kalimah Thayyibah. Sementara itu penyakit yang menyerangnya semakin bertambah berat Syekh Sufyan Tsauri mengajak beristirahat sewaktu tiba di muka Surau Gunungjaya. Dengan nafas yang terengah-engah dan suara yang terputus putus, terdengarlah pesan Syekh Sufyan Tsauri yang terakhir: “anak-anakku, teruskanlah perjuanganmu, amar ma’ruf nahi munkar, dan usirlah kaum Penjajah”.

Selang beberapa lama, menyusul kemudian ucapan yang terakhir sekali dari Syekh Sufyan Tsauri: “Laa ilaaha Illallah”…. dan sampailah beliau menemui ajalnya untuk kembali ke Rahmatullah “Innaa lillaahi Wainna Ilaihi Raji’un”….. Syekh Sufyan Tsauri meninggalkan dunia setelah menyelesaikan tugasnya sebagai penganjur Islam dan pejuang kemerdekaaan yang hanya mendambakan Keluruhan Islam dan kemerdekaan Tanah Air.

Syekh Sufyan Tsauri wafat dalam usia 50 tahun dengan meninggalkan seorang istri dan 8 anak. Jenazahnya dibaringkan untuk kemudian dibawa ke Cigaru. Sekitar pukul 16.00, jenazah tiba dan esok harinya dimakamkan disebelah utara Pondok Pesantren Cigaru. (Kang Nawar)

Sumber : Perjalanan Pondok Pesantren Cigaru Majenang, Team Penyusun Buku Kenang-Kenangan REUNI ke-II Pesantren Cigaru Tahun 1980

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait