“Hahahahaha… Hai, penduduk Ekacakra, hari ini ada berapa gerobak makanan buatku?” tanya Bakasura dengan suara meng-gelegar dan suara tertawa yang memekakkan telinga. “Daging siapa lagi yang akan kalian persemBahkan kepadaku? hahahahaha…,” lan-jutnya sambil terus tertawa membahana.
Melihat kejadian itu para Pandawa menjadi geram. Mereka ke luar dari gubuk sang lelaki tua dan menghadapi sang raksasa yang tampak sangat lapar. Bima segera maju turun tangan menghadapi hal tersebut.
Dengan suara lantang ia menantang sang raksasa yang tamak itu. “Hai, Bakasura, hari ini ada segerobak makanan buatmu. Ma-kanlah dagingku sebagai santapanmu!” tentang Bima tanpa sedikit pun merasa jeri.
Puntadewa dan saudara-saudara Bima yang lain tersentak kaget mendengar tantangan Bima kepada Bakasura itu. Namun, mereka tetap yakin Bima akan mampu mengalahkan raksasa tersebut.
“Oohh, siapa kau?” bentak raksasa yang ternyata bermuka bu-ruk itu.” Beruntung sekali aku hari ini. Makanan begitu banyak dan daging sebesar kamu, hahahaha,” tukasnya dengan tawa lebar mem-bahana.
“Aku sudah tidak sabar lagi menyantap dagingmu yang pasti lezat itu.”
Dengan membawa segerobak makanan bekal para Pandawa, Bima memamerkan kepada Bakasura. Kemudian Bima menghampiri Bakasura.
“Hai, Bakasura, mari makan… hahaha,” ledek Bima sambil me-nyantap segerobak makanan bekalnya dengan lahap. Bakasura sangat marah melihat kelakuan Bima. Ia naik darah, matanya melotot tajam, giginya menggerutuk, tangannya mengepal geram.
“Kurang ajar, kau manusia hina, apa maksudmu?” geramnya marah sembari menyerang Bima membabi buta. Pertarungan se-ngit pun terjadi antara Bakasura dan Bima. Bima menangkis se-rangan Bakasura dengan gesit. Ia juga mengayun-ayunkan gada sakti rujakpala, pusaka andalannya untuk melawan Bakasura yang ber-tubuh kuat itu.
Pertarungan sengit pun terjadi antara Bakasura dan Bima.
Tampilkan Semua