CILACAP.INFO – Keberlimangan harta, kedudukan, dan kenikmatan dunia sering menjadi ukuran kepuasan hidup seseorang di dunia. Namun, hal itu belum tentu berlaku pada semua orang. Ada orang yang puas dengan kedudukan dan kekayaannya.
Ada juga orang yang merasa bahwa kedudukan dan kekayaan itu tiada artinya dan tidak membuatnya puas. Ketidakpuasan itu disebabkan oleh tujuan atau motivasi hidup masing-masing individu.
Keadaan seperti itu juga terjadi pada diri seorang raja di Kerajaan Keling yang bergelar Prabu Bawana Keling. Takhtanya sebagai raja, kekayaannya yang berlimpah, dan segala kenikmatan yang tersedia baginya tidak pernah membuatnya bahagia.
Ketidakbahagiaan Prabu Bawana Keling itu lebih disebabkan oleh belum ditemukannya arti hidup dan makna kehidupan yang sesungguhnya. Dari ilmu agama yang dipelajarinya, ia tidak menemukannya. Dalam kedudukannya sebagai raja, arti hidup dan makna kehidupan tidak juga diperolehnya.
Pada suatu hari Prabu Bawana Keling, yang karena ketidakpuasan dalam hidup dan ingin mencari arti hidup dan makna kehidupan yang sesungguhnya, memutuskan untuk meninggalkan semua gemerlap dunia yang dimilikinya. Ia berniat mengembara untuk mendapatkan apa yang selama ini tidak diperolehnya.
“Hemm, apalah gunanya hidup jika tak mengetahui arti hidup ini,” kata Prabu Bawana Keling dalam hati.
Prabu Bawana Keling lalu menyerahkan takhta kerajaan kepada anaknya dan membagi-bagikan hartanya kepada rakyat Kerajaan Keling. Dia memutuskan untuk mengelilingi Pulau Jawa. Diam-diam dia meninggalkan Kerajaan seorang diri.
Dia melangkah dan terus melangkah seakan-akan tidak pernah merasa lelah. Bukit dan gunung dia daki, lembah ngarai dia telusuri, hutan lebat dia masuki. Tidak jarang halangan merintang, binatang buas menghadang, tetapi dia pantang menyerah. Semua rintangan dilaluinya tanpa kebimbangan atau ketakutan.