PURBALINGGA, CILACAP.INFO – Berziarah ke makam Syekh Jambukarang sambil menikmati panorama puncak perbukitan Cahya di belahan utara Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Matahari baru saja menyeruak di ufuk timur, ketika sinar kemerah-merahan memancar ke seluruh penjuru. Penduduk desa melangkah beriringan menuju ladang, menelusuri jalan setapak berbatu dan berundak yang di kanan-kirinya curam.
Embun pagi, udara dingin, dan sepoi angin khas perbukitan mewarnai perjalanan ke Makam Syekh Jambukarang. Ia adalah ulama penyebar Islam di Purbalingga dan sekitarnya pada abad ke-12.
Makam yang dikeramatkan oleh penduduk itu terletak di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sekitar 20 kilometer sebelah utara Purbalingga. Untuk berziarah ke sana dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan mikrobus jurusan Bobotsari-Rembang ke arah Monumen Jenderal Soedirman.
Sampai di Desa Rajawana, perjalanan dilanjutkan dengan pick up bak terbuka jurusan Rajawana-Panusupan sekitar empat kilometer. Dari Desa Panusupan, peziarah masih harus melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer, melalui jalan setapak berlapis semen yang membelah desa sampai ke gerbang makam.
Di sini, setiap peziarah harus membayar retribusi (untuk pembangunan desa) sebesar Rp 3.000, lalu mengisi buku tamu. Dari situ kita menelusuri jalan selebar satu meter, naik-turun di lembah perbukitan hijau di belahan timur kaki Gunung Slamet. Sejauh mata memandang yang tampak hanya rerimbunan ilalang dan perbukitan yang menghijau.
Sepanjang perjalanan, sepoi angin pegunungan dan kicau burung hutan menemani para peziarah. Sesekali berpapasan dengan serombongan kecil peziarah yang pulang dari makam. Untuk menempuh jarak sepanjang empat kilometer itu dibutuhkan waktu sekitar dua jam, lantaran kondisi jalan yang naik-turun.
Tampilkan Semua