***
Perjalanan menuju POS 2 pun dimulai, masih dengan pemandangan yang sama, pohon-pohon besar dengan akar-akar yang kekar tertancap gagah di hutan belantara ini. Sekilas mirip hutan di pinggiran sungai Amazon atau atau di film Anaconda, benar-benar liar. Ukuran batang pohonnya mungkin cukup jika dipeluk oleh dua orang dewasa atau Bahkan lebih.
Hari sudah mulai gelap, tidak ada yang aneh dengan perjalanan kami sejauh ini, sampai pada suatu titk, Panji teman kami mengeluh sakit pada kaki kanan nya.
“Break!, brenti dulu, kaki gue sakit”. Ucapnya.
“Kenapa Nji?” tanyaku.
“Ga tau tiba-tiba sakit banget”.
“Yaudah istirahat dulu nanti baru kita lanjut lagi”. Seru teman yang lainnya.
Kami beristirahat dijalur, karena memang tidak ada tanah lapang di sana, hanya jalur setapak yang ditumbuhi pepohonan lebat. Sambil berdiri kami mencoba mengatur nafas masing-masing, berharap sakit kaki Panji cepat mereda.
Panji berusaha menenangkan kaki nya, yang seolah tiba-tiba mogok tidak mau berjalan. Dibantu oleh Bang Epps dan rekan lainnya. Setelah memastikan bahwa kaki Panji baik-baik saja, dan istirahat cukup, kami memutuskan melanjutkan perjalanan, namun dengan tempo yang lebih lambat.
Seiring berjalan makin lama kaki Panji makin terasa sakit dan berat, hingga akhirnya memaksa kami harus berhenti kembali, padahal baru beberapa saat berjalan. Kali ini Pak Sakri coba membalurkan cream peregang otot pada kaki Panji, yang sebelumnya pun sudah dilakukan teman kami yang lain, namun seperti tidak ada hasilnya. Kaki Panji tetap terasa sakit.
Dengan pertimbangan hari yang kian gelap, dan persediaan Headlamp beberapa dari kami tiba-tiba tidak berfungsi, padahal sebelumnya baik-baik saja, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Waktu menunjukkan pukul 8 malam, itu artinya kurang lebih 4 jam sudah kami berjalan, waktu yang cukup lama dengan jarak yang belum seberapa ini.