Menurut riwayat, hal ini disebabkan temperamen lamban dan malas dari orang yang diajarinya. Apa yang disebut sebagai variasi doktrin atau tindakan yang ditetapkan oleh berbagai guru Sufi sebenarnya tidak lain merupakan penerapan dari aturan ini.
Dalam sistem pengajarannya, Rumi mempergunakan penjelasan dan latihan mental, pemikiran dan meditasi, kerja dan bermain, tindakan dan diam. Gerakan-gerakan “tubuh-pikiran” dari Para Darwis Berputar dibarengi dengan musik tiup untuk mengiringi gerakan-gerakan tersebut, merupakan hasil dari metode khusus yang dirancang untuk membawa seorang Salik mencapai afinitas dengan arus mistis, untuk ditransformasikan melalui cara ini.
Segala sesuatu yang dipahami oleh orang yang belum tercerahkan (orang biasa) memiliki kegunaan dan makna dalam konteks khusus Sufisme yang mungkin tidak terlihat sampai hal itu dialami. “Doa,” ucap Rumi, “memiliki bentuk, suara dan realitas fisiknya. Segala sesuatu yang memiliki kata (nama), memiliki padanan fisiknya. Dan setiap pemikiran memiliki suatu (bentuk) tindakan.”
Apa yang dipesankan dari bentuk tarian sufi, yang bermula dengan tarian memutar dan melingkar, kemudian berakhir dengan para penari yang bersimpuh diakhir pertunjukan, tampak pasrah, seolah mengirimkan pijar keajaiban sang murid yang ikhlas menerima pesan-pesan sang guru.
Yang kemudian bersetia pada kodrSimpedesat, untuk menerima berbagai pelajaran dan makna yang disampaikan oleh sang guru. Pentas ini cuma berlangsung sekitar 30 menit. Kendati demikian, aliran makna yang terpapar cukup padat.
Lewat lakon ini tarian sufi bertutur perihal hubungan yang agung antara sang murid dengan mursyid dalam meniti cinta menuju Tuhan. Percayalah, tarian sufi, tidak hanya menghibur, namun juga mampu menitipkan sebuah pesan yang dalam tentang gambaran kerinduan dan cinta yang abadi. (*)Aji Setiawan
Tampilkan Semua