Asal Mula Desa Kesugihan

desa kesugihan kidul terdapat sungai serayu
desa kesugihan kidul terdapat sungai serayu

Dengan segera si pencari rumput dan istrinya menjawab, “Inggih Sang Sutapa, ngestokaken dhawuh.” ‘Iya Tuan Pertapa, siap laksanakan perintah’.

Seketika itu, mata mereka terbelalak, mulut mereka ternganga tidak dapat berucap, ternyata di dalam wakul, rinjing, dan kelapa muda yang terbelah itu berisi emas dan berlian.

Karena hari menjelang malam, si pencari rumput dan istrinya itu segera pulang. Sesampainya di rumah, kedua orang pencari rumput itu penasaran dengan pesan sang pertapa. Mereka segera membuka wakul, rinjing, dan kelapa muda yang terbelah.

Seketika itu, mata mereka terbelalak, mulut mereka ternganga tidak dapat berucap, ternyata di dalam wakul, rinjing, dan kelapa muda yang terbelah itu berisi emas picis raja brana (emas dan berlian). Seketika itu pula, pencari rumput dan juga istrinya menjadi kaya raya. Orang-orang kemudian menyebutnya dengan nama Kaki Sugih dan Nini Sugih. Sebutan itu diberikan karena mereka berawal dari sepasang suami-istri tukang ngarit (pencari rumput) yang tiba-tiba menjadi kaya raya.

Oleh karena itu, grumbul atau desa tempat tinggal Kaki Sugih dan Nini Sugih dinamakan Desa Kesugihan. Dalam bahasa Jawa, sugih berarti ‘kaya’.

Setelah kejadian itu, setiap ada orang dari sekitar Gunung Selok hendak bepergian, Kaki Sugih dan Nini Sugih menyediakan tempat singgah karena mengimplementasikan keberuntungannya yang ber-asal dari kawasan Gunung Selok. Atas jasa Kaki Sugih, sang pertapa yang tidak lain adalah Prabu Bawana Keling raja Kerajaan Keling dapat memakan tumpeng bosok (mogana).

Oleh karena itu, Sang Prabu Bawana Keling bersabda bahwa kelak pada saatnya desa yang kau tinggali itu akan kedapatan pandhita yang tersohor. Dalam hal ini, kiai dan dalang juga termasuk kategori pandhita (seseorang yang mengajarkan akhlak/budi pekerti). Setelah meninggal, Kaki Sugih dan Nini Sugih dimakamkan di pemakaman umum Desa Kesugihan, tepatnya pemakaman depan penyulingan PDAM.

Diceritakan oleh: Suryo Handono

Disadur dari Cerita Rakyat Cilacap Jawa Tengah

Diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait