Pada suatu hari, Adipati Rekso memberi tahu Sri Susuhunan bahwa ada berita tentang Ki Patih dan para prajuritnya. Dari berita itu dikabarkan bahwa hanya satu kapal layar yang kelihatan, sedangkan yang lainnya tidak tampak. Sri Susuhunan sangat terpukul mendengar berita itu. Ia merasa sedih karena banyak prajuritnya yang tidak kembali. Wajah Sri Susuhunan tampak pucat dan berlinang air mata. Ia memerintah Adipati Rekso menyiapkan penyambutan kedatangan Ki Patih dan keempat prajuritnya yang selamat itu. Sri Susuhunan juga menginstruksikan untuk mengundang keluarga korban dan masyarakat untuk menyambut kedatangan Ki Patih dan keempat prajurit yang selamat itu. Tidak lupa, para keluarga korban diberi santunan yang layak serta penghargaan setinggi-tingginya. Keluarga korban yang ditinggalkan juga diberi jaminan bagi kelangsungan hidupnya. Sri Susuhunan juga berusaha meyakinkan keluarga korban bahwa suami, ayah, atau anak yang telah menjadi korban itu adalah pahlawan karena telah berjuang demi kepentingan negara.
Sri Susuhunan duduk dan menengadahkan kedua tangannya untuk memohon kepada yang Mahakuasa agar bunga Wijayakusuma yang ditebus dengan banyak pengorbanan itu tidak menjadi sia-sia.
Sri Susuhunan mengharap semoga bunga itu menjadi dorongan bagi pelanjut dirinya dalam memimpin pemerintahan yang adil dan bijaksana dalam memimpin Kasuhunan Surakarta.
Copyright: Cerita Rakyat
Balai Bahasa Jawa Tengah
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan