Pada awal tahun 1945 dibentuklah pasukan Hizbullah yang terdiri dari para pemuda Islam yang patriotik. Dalam pembentukan ini, putra-putra Majenang tidak ketinggalan ikut andil. Dan atas restu dari Syekh Sufyan Tsauri berangkatlah enam orang pemuda Majenang untuk mengikuti latihan Hizbullah, me’reka ialah: Syaefurrahman Suwandi, Habin Adnan, Ahmad Ghozali, A. Muhdzier, Loekman Daroni dan Soehari.
Keenam orang tersebut adalah santri-santri Syekh Sufyan Tsauri. S. Suwandi mendapat latihan di Cisarua Bogor selama tiga bulan, sedang lima orang lainnya berangkat pada giliran yang kedua dan dilatih di Dai Dan Peta Kroya Cilacap di bawah asuhan Jenderal Soedirman yang pada waktu itu menjabat Dai Dan Cho PETA Kroya. Setelah peristiwa pemberontakan Peta melawan Jepang di Gumilir Cilacap yang dipimpin oleh Kusaeri, Mursidik dlan Sardjono, maka tempat latihan dipindah ke Dai Dan Peta Sumpyuh. Baru saja berlangsung dua bulan latihar dibubarkan pada tanggal 15 Agustus 1945, karena Jepang kalah perang melawan sekutu.
Pada tanggal 7 Nopember berlangsung Mu’tamar Urnat Islam Seluruh Indonesia di Yogyakarta yang kemudian melahirkan partai Masyumi dan telah mengambil keputusan antara lain: “Bahwa Umat Islam fardlu ‘ain melakukan perang total, jihad fisabilillah untuk membela Negara dan Agama”. Untuk melaksanakan Keputusan tersebut harus dibentuk barisan yang kuat yang dapat menghimpun tenaga pemuda (yang ber umur 35 kebawah) dan orang tua (yang ber-umur 35 tahun keatas) dengan cara meningkatkan dan memperbesar pasukan Hizbullah yang telah ada ditambah dengan barisan Sabilillah.
Seruan Jihad yang dikumandangkan dari medan Mu’tamar itu menggema keseluruh pelosok Tanah Air dan sampailah seruan Jihad itu ke Majenang yang didengari oleh para Ulama dan santri-santri di pondok pesantren khususnya dan Umat Islam umumnya. Demi seruan jihad itu maka Syekh Sufyan Tsauri tampil menyampaikan seruan jihad itu kepada para santrinya dan kaum Muslimin.
Tampilkan Semua