“Hei pemberontak, keluarlah! Menyerahlah Prawiranegara, tem-pat ini sudah saya kepung. Kalau tidak mau menyerah, tawanan ini akan saya tembak!”
Melihat kejadian itu, Tumenggung Prawiranegara sangat geram, kemudian dia ke luar dari persembunyiannya.
“Hei Penjajah, kamu sangat kejam dan licik! Kamu pengecut, kamu jadikan orang-orang yang tidak berdosa sebagai tawanan. Sekarang lepaskan penduduk yang tidak berdosa itu dan tangkaplah aku!”
“Bagus, kamu orang berani menampakkan diri!” kata pemimpin Belanda dengan tertawa terbahak-bahak. Tidak melewatkan ke-sempatan itu, secepat kilat para penjajah menangkap Tumenggung Prawiranegara. Lalu, beliau diasingkan ke Padang, Sumatera Barat, pada tahun 1831 sampai meninggal.
Sejak saat itu Kerajaan atau Kadipaten Dayeuhluhur bubar dan wilayahnya diubah atas keputusan Belanda menjadi wilayah Ka-bupaten Cilacap. Berdasarkan besluit Gubernur Jenderal Belanda Nomor 21, tertanggal 21 Maret 1856 sampai sekarang wilayah Ka-bupaten Cilacap ini adalah 2/3 wilayah Kadipaten Dayeuhluhur.
Itulah tadi sekelumit cerita tentang perjuangan nenek moyang kita untuk mempertahankan daerah Dayeuhluhur untuk Negara Indonesia.
Oleh : Umi Farida
Disadur dari Cerita Rakyat Cilacap, Penerbit: Balai Bahasa Jawa Tengah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017
Tampilkan Semua