Satya ketiga, Andika ulah ngaleutikeun hate batur komo ngani bisi mantak sial artinya ‘raja tidak boleh menyepelekan atau menghina orang lain, hendaknya kita memperlakukan orang dengan baik’.
Satya keempat, Andika kudu sare bari nyaring jeun nyaring bari sare artinya ‘raja tidak boleh terlena oleh suatu keadaan. Ia harus se-lalu waspada dan bersiap siaga’.
Satya kelima, Lemah cae jeung saeusina alam ieu teh getih jeung nyawa nadika anu kudu dipusti-pusti jeung diagungkeun artinya ‘raja harus mencintai, menghargai, serta merawat tanah airnya sendiri’.
Setelah menjasi raja, Gagak Ngampar segera membangun keraja-annya. Kerajaan yang semula hanya memiliki rakyat pengawalnya saja sekarang sudah mulai berkembang. Orang-orang dari sekitar Dayeuhluhur banyak yang datang dan akhirnya bermukim disitu.
Raja pada saat itu masih lajang sehingga ia bermaksud mencari istri sebagai pendamping hidupnya. Pada suatu waktu Prabu Gagak Ngampar sedang berburu di hutan. Prabu Gagak kehabisan perbekalan karena direbut kawanan monyet. Karena keasyikan berburu, ia juga terpisah dari pengawalnya. Ia memutuskan beristirahat di bawah po-hon. Selagi beristirahat, bertemulah ia dengan seorang gadis cantik. Sang Prabu menyapa gadis itu. Ia heran mengapa gadis itu berada di hutan seorang diri karena ia tidak melihat ayah si gadis.
“Kamu siapa dan sedang apa berada di hutan sendirian?” tanya Prabu Gagak Ngampar.
Gadis desa itu pun menjawab, “Saya sedang membantu ayah saya mencari kayu. Saya tidak sendiri, ayah saya di sebelah sana.”
“Oh, begitu,” Prabu Gagak Ngampar agak takjub melihat kecan-tikan dan kelembutan gadis itu.
“Mengapa Anda berada di hutan?” sang gadis balik bertanya ke-pada Prabu Gagak Ngampar. Gadis itu tidak tahu bahwa yang di ha-dapannya adalah Prabu Gagak Ngampar yang berburu dengan pa-kaian biasa.