Setelah selesai memanaskan air dan membuat teh dan kopi untuk sedikit menghangatkan badan, kami melakukan Sholat isya dan meng qada sholat maghrib. Setelahnya kami bergegas masuk ke tenda, beristirahat, karena kami harus melanjutkan perjalanan kembali esok pagi.
Ketika saya dan yang lain sudah berada di dalam tenda, Pak Sakri dan Panji sepertinya masih berbincang di luar. Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya pembahasan menganai Kaki Panji yang terasa sakit tadi. Ternyata menurut Pak Sakri, kaki Panji ditumpangi tiga makhluk halus penunggu tempat dimana Panji buang air kecil.
Akhirnya kami pun terlelap dalam dingin dan gelap nya malam gunung ini. Bintang tidak lagi tampak, tertutup gelapnya malam dan rimbunnya pohon hutan ini. Malam ini, kami semua beristirahat, di bawah redupnya cahaya bulan. di dalam keremangan tenda, dengan tetap ditemani sosok jadi jadian, yang sejak tadi seolah enggan pergi meninggalkan kami sendirian di hutan ini. Mereka tetap setia mengamati dari balik pohon, tempat mereka bersembunyi..
Selamat di Gunung Slamet
(Angkernya jalur Dukuh Liwung)
PART 5
“Emang lo ga bilang permisi?” tanya ku pada Panji pagi itu. Kini hari telah berganti, cahaya bulan yang redup semalam sudah berubah menjadi terangnya sinar matahari. Sosok jadi jadian pun entah kemana, mungkin kini mereka telah pergi. “Enggak sih Na, tapi gua udah bilang Asslamualaikum.” Mendengar jawaban itu saya pun bingung, harus berkomentar apa. Sejenak saya berpikir, ‘iya, apa salahnya, kan sudah mengucap salam’. Tapi mungkin memang tetap dianggap tidak sopan, ibaratnya kita main ke rumah orang lain, hanya mengucap salam, lalu pergi ke kamar mandi tanpa bilang permisi, pastinya sangat tidak sopan. Tapi sudahlah, semoga hal ini tidak terulang lagi, dan bisa jadi pembelajaran kami kedepannya.
Tampilkan Semua