Setelah istirahat dirasa cukup, dan tak lupa meneguk sedikit air untuk melepas dahaga, kami melanjutkan perjalanan ini. Baru saja memulai perjalanan, Panji tiba-tiba saja tersungkur. Tapi kali ini bukan karena mahkluk ghaib atau sejenisnya, sepertinya Panji memang kelelahan. “Hayati lelah Bang!” ucapnya seraya bangkit dari jatuhnya. Gelak tawa pecah seketika, bukan karena kami tak simpati tapi memang jatuhnya lucu sekali. Fahmi dan Bang Epps membantunya berdiri, karena bobot tubuh Panji yang besar, membuat mereka harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menariknya.
Akhirnya, sekitar pukul tiga sore, kami sampai di Pos terakhir. Kami akan bermalam di sini, untuk selanjutnya, menaiki puncak esok pagi. Sudah ada dua tenda di sana, tenda pendaki lain yang pastinya sudah lebih dahulu sampai di tempat ini.
Tidak pakai istirahat, kami langsung berbagi tugas. Ada yang mendirikan tenda, ada yang menyiapkan bahan makanan untuk kami makan sore ini. Setelah tenda terpasang, nesting dikeluarkan, bahan masakan disiapkan, kami pun mulai memasak. Sayur Sop yang sudah dibersihkan dari rumah dibungkus rapih dengan plastik pembungkus sehingga masih sangat segar ketika dimasak untuk kami makan, telor balado, ikan asin dan bakwan menjadi hidangan kami sore ini. Hhmmm..lezat, apalagi dinikmati diketinggian setelah aktivitas yang sangat menguras tenaga.
Kalau ada yang tanya, kenapa tidak ada Mie Instan?. Tentu saja ada, tapi itu pilihan terakhir jika kami kehabisan bahan makanan, dan hanya memiliki sedikit waktu untuk memasak. Kadang kami berprinsip, pemenuhan gizi saat pendakian itu jauh lebih penting, walaupun makan Mie Instan hangat diketinggian yang dingin ini tentu saja sangat nikmat.
Saya, Widi dan Bang Epps kebagian memasak sore ini. yang lain menggunakan waktu istirahatnya sambil menikmati indahnya pemandangan dari atas sini. Fahmi dan Usep berfoto-foto di Goa yang berada tidak jauh dari tenda kami. Pak Sakri tentu saja sedang menikmati me-time nya dengan bersandar sambil ditemani rokok favoritenya.
Tampilkan Semua