Langkah kami sekarang lebih cepat, karena Panji sudah bisa berjalan normal. Sembuhnya kaki Panji tadi mudah-mudahan menjadi akhir rintangan perjalanan ini, dan dimudahkan untuk perjalanan selanjutnya sampai kami pulang ke rumah masing-masing dengan sehat dan selamat, itu doa saya. Namun pengkabulan doa, memang tidak secepat itu. Kejadian demi kejadian aneh yang kami alami selepas perjalanan dari istirahat barusan, datang silih berganti. Kini di tengah perjalanan menuju Pos berikutnya, kami kembali disambut oleh penunggu lain gunung ini.
Selamat di Gunung Slamet
(Angkernya jalur Dukuh Liwung)
PART 4
Hari semakin gelap, hawa dingin mulai menyeruak masuk ke dalam sela-sela jaket kami. Cahaya bulan redup, terhalang rimbunnya Pohon yang seolah-olah mengamati kami sejak awal. Syukurlah, ternyata kami telah sampai di Pos dua, ada sedikit tanah lapang, kami bisa beristirahat lebih leluasa sekarang, meluruskan kaki, dan mengeluarkan camilan dari dalam tas kami.
Namun karena hari sudah semakin gelap, Pak Sakri meminta kami agar tidak berlama-lama di Pos ini. Entahlah, nada suaranya lebih seperti ingin mengatakan bahwa memang tidak baik berlama-lama di Pos ini. Tapi saya tidak menghiraukan itu, dan tidak pula ingin bertanya lebih jauh, karena hari memang sudah sangat gelap, dan tubuh ini pun sudah minta istirahat, jadi yang terbaik memang kami harus bergegas melanjutkan perjalanan agar dapat segera sampai di Pos 3 dan bermalam di sana.
Perjalanan pun dimulai kembali, Asep dan Usep masih bertahan di posisi depan, diikuti oleh Widi dan saya, lalu Fahmi, Bang Epps, dan Panji. Jalur yang kami lalui masih sama, jalan setapak yang hampir tak terlihat karena dipenuhi tumbuhan liar.
Tampilkan Semua